Mitos ini berkembang cukup lama. Namun seiring dengan berjalannya
waktu mitos ini sudah mulai ditinggalkan masyarakat. Ada kontribusi
rekan-rekan tim marketing properti yang berhasil mensosialisasikan
strata title dengan penuh kesabaran.
Sebenarnya memiliki unit apartemen strata title bukan bukan tidak
punya tanah. Tanahnya tentu saja tetap ada dan dimiliki oleh Para
Pemilik Unit Strata Title. Namun kepemilikannya sudah diatur melekat
dalam NPP dan pengelolaanya disepekati bersama kepada Perhimpunan
Penghuni yang pengurusnya dipilih sendiri oleh para Pemilik Unit Strata
Title.
Lalu sebenarnya apa sih yang dikuatirkan jika tidak punya tanah?
Jika yang dikuatirkan tidak ada tempat untuk memelihara ayam, bebek,
kucing, burung, dan binatang-binatang peliharaan lain yaaaa tentu saja
anda perlu kuatir. Karena demi ketertiban hidup bertetangga tentu saja
binatang-binatang peliharaan tersebut dilarang berada di gedung
bertingkat.
Lain soal
jika kekuatirannya adalah takut kalau-kalau terjadi musibah gempa,
kebakaran atau apapun yang membuat gedung tersebut runtuh maka muncul
dikepala bahwa akhirnya H. Sarusun yang dimiliki menjadi hanya selembar
kertas saja tanpa Unit!
Dalam Undang-Undang No. 16 tahun 1985 pasal sekian sekian dan
Peraturan Pemerintah No. 4/1988 pasal sekian sekian―pembaca tidak usah
pikirin hal-hal hukum seperti ini, pusing!, biar author menjelaskan
secara simple saja― Perhimni wajib membeli asuransi gedung yang dananya diambil dari iuran para Pemilik Unit Strata Title.
Asuransi itu mahal? Ya memang mahal tapi jika total luasan gedung
50.000 m2, maka iuran Rp. 2000,- per m2 per bulan PP akan mempunyai uang
Rp. 100.000.000,- per bulan atau dalam setahun menjadi Rp.
1.2000.000,-. Padahal harga asuransi gedung hanya sekitar Rp.
500.000.000,- untuk setahun….. menarik bukan?
Apa lagi jika para Pemilik Unit Strata Title membeli premi asuransi
Business Interuption ―Asuransi yang mengcover kehilangan pendapatan sewa
selama masa pembangunan kembali gedung yang runtuh―… Problem solved
bukan?
Nah, lupakanlah mitos ! pikirkan yang logis-logis saja.
No comments:
Post a Comment